Tidak Merayakan Hari Ibu, Karena Hari Ibu Saya Setiap Hari

*Tidak Merayakan Hari Ibu, Karena Hari Ibu Saya Setiap Hari*

Agama Islam dan tabiat hati nurani manusia mengajarkan bahwa Ibu memang harus dihormati dan wajib berbakti kepada Ibu mengingat jasa Ibu yang tidak akan bisa terbalaskan.

Bahkan kita tidak akan bisa membalas jasa kabaikan Ibu sebagai orang tua kita walaupun kita berbuat baik dengan segala upaya kita.

Diriwayatkan Dari Abi Burdah, ia melihat sahabat Ibnu Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya.
Orang yaman itu bersenandung,

إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ

Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.

Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.

Orang itu lalu bertanya kepada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?”

Ibnu Umar menjawab
“Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” [Shahih Bukhari Adabul Mufrad no. 11]

*Hari Ibu setiap hari*

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin  berkata,

“Seorang ibu lebih berhak untuk senantiasa dihormati sepanjang tahun, daripada hanya satu hari itu saja, bahkan seorang ibu mempunyai hak terhadap anak-anaknya untuk dijaga dan dihormati serta ditaati selama bukan dalam kemaksiatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, di setiap waktu dan tempat.” [Majmu’ Fatawa wa Rasa’il no. 535 2/302, Darul wathan, 1413 H]

Demikianlah kita diperintahkan, bahkan berbakti kepada Ibu didahulukan daripada berbakti kepada Bapak.


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’
Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’
Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau menjawab, ‘Ibumu.’
Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” [HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548]

*Pandangan islam terhadap perayaan hari ibu*

Hari ibu dirayakan setiap tanggal 22 Desember, berikut fatwa Al-Lajnah Ad- Daimah (semacam MUI di Saudi) mengenai hal ini.

Pertanyaan :

في أي يوم بالضبط يحتفل المسلمون بعيد الأم ؟

Kapan tanggal yang tepat untuk memperingati hari ibu?

Jawaban:

لا يجوز الاحتفال بما يسمى: عيد الأم، ولا نحوه من الأعياد المبتدعة؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم:

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد ،

وليس الاحتفال بعيد الأم من عمله صلى الله عليه وسلم ولا من عمل أصحابه رضي الله عنهم ولا من عمل سلف الأمة، وإنما هو بدعة وتشبه بالكفار.

Tidak boleh mengadakan peringatan yang dinamakan dengan peringatan hari ibu, dan tidak boleh juga memperingati perayaan peringatan tahunan yang dibuat-buat (tidak ada tuntunannya dalam al-Qur’an dan As-sunnah, karena perayaan yang dilakukan tiap tahun yang diperbolehkan dalam Islam hanya idul fitri dan idul adha).

Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wassalam bersabda,
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak pernah kami tuntunkan, maka amalan itu tertolak”

Perayaan hari ibu Tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, para sahabat radhiallahu anhum dan para Imam Salafus Shalih. Perayaan ini adalah sesuatu yang diada-adakan dan menyerupai orang kafir (tasyabbuh).

Penyusun: Raehanul Bahraen

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saksi

Rugi Dunia dan Akhirat

Selamat Jalan Bulan Ramadhan.