Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2023

Kisah Najmuddin Ayyub (Ayahnya Shalahuddin al-Ayyubi) mencari jodoh.

  Najmuddin Ayyub belum juga menikah dalam tempo yang lama, maka bertanyalah sang saudaranya Asaduddin Syirkuh kepadanya: “Wahai saudaraku, kenapa engkau belum juga menikah?” Najmuddin menjawab: “Aku belum menemukan seorang pun yang cocok untukku.” “Maukah aku pinangkan seorang wanita untukmu?” tawar Asaduddin.” “Siapa?” Tandasnya “Putri Malik Syah, anak Sulthan Muhammad bin Malik Syah, Sultan Bani Saljuk atau putri menteri Malik,” jawab Asaduddin. “Mereka semua tidak cocok untukku,” tegas Najmuddin kepadanya. Ia pun terheran, lalu kembali bertanya kepadanya, “Lantas siapa yang cocok untukmu?” Najmuddin menjawab: “Aku menginginkan wanita shaliha yang akan menggandeng tanganku menuju jannah dan akan melahirkan seorang anak yang ia didik dengan baik hingga menjadi seorang pemuda dan ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke pangkuan kaum muslimin.” Ini merupakan mimpinya. Asaduddin pun tak merasa heran dengan ucapan saudaranya tersebut. Ia bertanya kepadanya: “Teru

Puisi Kehampaan.

Kupersembahkan puisi dalam gelapnya malam. Mendekap di kehampaan Terdiam dalam keterasingan, Kupersilahkan keheningan berkuasa. Merajai pikiran dan jiwa. Ku bertanya pada jasad berlumur dosa, “Sedang apa kau wahai diri, bercengkrama sendiri pada sunyi, Semua orang tertidur pulas menemui mimpi, Kau terdiam merenungi diri. Jari jemarimu tak henti-henti menari diatas kertas putih, Tidurlah wahai diri, tidurlah. Jangan kau nikmati kesunyian ini. Jangan kau temani kesepian ini, kau akan terjaga sampai pagi Jika kau terbawa oleh basa-basi malam ini.” A.S