Review Book - Pater Pancali

 


#ReviewBook

Judul Buku: Pater Pancali

Penulis: Bibhutibhushan Banerji

Hal: 425

Buku ini ditulis oleh penulis ternamaan yang bernama Bibhutibhushan Banerji, dari namanya saja mungkin sebagian dari kita sudah tahu berasal dari mana penulis buku ini. Jika kalian menjawab berasal dari negara India, yupppsss.... benar banget. Penulis buku ini berasal dari India tepatnya di daerah Parganas. Penulis sudah banyak mengeluarkan karya-karyanya yang sangat terkenal dan salah satunya yang ingin saya review saat ini.

Buku yang ingin saya review kali ini ialah buku yang berjudul  “Pater Pancali” yang sudah di terjemahkan oleh Koesalah Soebagyo Toer dan telah di filmkan dengan Judul “Pather Panchali.”

Buku ini mengambil latar belakang kehidupan di India, tentang kehidupan keluarga Harirar Ray, Sharvajaya (Istri) dan dua orang anaknya yang bernama Durga (Perempuan) dan Apu (Laki-laki) yang tinggal di desa Nishchindipur.

Masa kecil Durga dan adiknya selalu mereka habiskan dengan petualangan-petualangan yang membuat mereka lupa akan waktu. Mereka hanya pulang ketika waktu petang akan menghampiri mereka. Mereka sering berpetualang ke hutan-hutan yang belum pernah mereka singgahi, setibanya di hutan mereka selalu mencari buah-buahan, tanaman yang bisa mereka makan dan ranting-ranting pohon yang bisa mereka gunakan untuk membuat pondok atau dibawa pulang. Dari satu hutan ke hutan yang lain begitulah kehidupan mereka. Mereka bukan tidak punya teman, mereka punya teman tapi mereka lebih senang melakukan hal itu. Durga sering mengajarkan kepada adiknya yang bernama Apu buah yang bisa dimakan tanaman apa yang bisa dimanfaatkan, Durga juga sering mendendang lagu yang sering dinyanyikan neneknya yang bernama Indir Takhrun yang telah meninggal ketika Apu belum lahir.

Setelah Apu menginjak usia remaja kakaknya yang sangat ia sayangi dan ia cintai yang banyak memberi pelajaran tentang kehidupan meninggal dunia disebabkan terkena penyakit. Pada saat itu Apu sangat sedih dan terpukul atas kepergian kakak tersayangnya, yang kemana-mana selalu bersama, menghabiskan waktu bersama, berpetualang bersama, dan kini Apu hanya sendiri ketika pergi ke hutan.

Apu selalu terbayang kakaknya yang sering ia panggil dengan nama kesayangan Didi. Apu terkenang jika melewati jalan yang pernah ia lewati bersama kakaknya, ingatan itu selalu mengusik pikiran Apu.

Suatu ketika Apu harus meninggalkan desa yang membesarkan dirinya dan memberi kenangan berharga bersama kakaknya. Bukan dia yang menginginkan dia meninggalkan desa itu tapi ayahnya dengan alasan mereka tidak bisa tinggal lagi di desa ini.

Apu sangat sedih meninggalkan kakaknya di desa Nishchindipur sendirian, sepanjang perjalanan Apu selalu mengenang Kakaknya.

Dari cerita tersebut Penulis mampu menceritakan tentang kehidupan orang-orang di desa, dengan kehidupan sehari-harinya, dan melalui dua orang anak ini Durga dan Apu penulis juga berhasil menyampaikan pesan dan berpikirnya anak-anak tentang kehidupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saksi

Rugi Dunia dan Akhirat

Selamat Jalan Bulan Ramadhan.