Bunga itu semakin hari semakin tumbuh,
Walaupun sering angin kencang datang menghampiri,
Dia tetap berdiri dengan semangat yang hampir
mati,
Biarkan air Tuhan itu jatuh ke bumi,
Luka yang sempat menggores hati sulit untuk ia jalani.
Saban hari pipi itu basah dengan air mata yang
tak tertahan.
Sekuat tenaga mencoba kuat, sekuat tenaga
menyakini diri bahwa bisa melewati ini.
Namun sekuatnya tembok hati itu menahan,
akhirnya jebol juga.
Dia tak kuat menahan itu semua, dia bunga yang
rapuh.
Tak kuat menahan semuanya, tangis demi tangis saban
hari menemani setiap malam.
Sungai air mata itu mengalir deras di kedua
pipinya.
Rasa sesak di dada makin lama makin sesak
mengikat tubuhnya.
Diam seribu bahasa hanya air mata yang
berbicara dalam kesunyian malam itu.
Sulit untuk mengatakan sesuatu dalam keheningan
malam itu.
Tangisnya makin menjadi-jadi. Terseduh sedan
dalam tangisnya dia mengatakan;
“Aku mau menyusul Ayahku disana, biarkan aku bersama
ayah disana, aku hanya ingin Bersama ayah”
21/9/24
A.S
Komentar
Posting Komentar