Tak ada kata-kata yg indah dari rasa syukur kepada DIA. ketika mata masih terbuka. Jiwa masih berselimut raga. Menikmati indahnya cakrawala yg telah disaji oleh Sang Pencipta, kepada kita makhluk yg lemah.
KENAPA WHY SELALU ALWAYS ? Karena because tidak pernah never. Sebenarnya actually menginginkan want, namun but akan will jika if sering often. Sayangnya sadly hampir almost dan and jarang seldom. Apakah what perlu need? Ataukah or harus must? Mungkinkah possibly bisa can? Berapakah how many sebelum before? Siapakah who setelah after? Untung saja fortunately tidak akan wont. Biarlah let menanyakan ask. Janganlah dont untuk for supaya in order to menjadi become. Bagaimanapun however tetap stay saat when mengubah change. Tulislah write seakan as if menjanjikan promise. Gambarlah draw tanpa without meskipun altough membohongi lie. Ingatlah remember dengan with, lupakan forget bersama together. Lihatlah see membawakan bring sementara meanwhile membangun build. Dimana where memiliki have, kejarlah chase sampai until. Setiap every mengatakan say dari from, tidak ada nothing membukakan open. Kadang-kadang sometimes melewati pass, tentu saja of course sangat very padaha...
Terkadang kita merasa telah banyak berbuat baik untuk islam dan kaum muslimin, kita merasa telah melakukan sesuatu untuk membela Allah, Rasul-Nya dan Al Qur’an, lalu hati kita menganggap remeh orang yang tak seperti dirinya. Atau bahkan menganggap mereka lemah dan tak berguna. Tak sadar bahwa perasaan seperti ini bisa membatalkan amalnya. Ibnul Mubaarok rahimahullah berkata : وَلاَ أَعْلَمُ فِي الْمُصَلِّيْنَ شَيْئًا شَرٌّ مِنَ الْعُجْبِ “Aku tidak mengetahui pada orang-orang yang sholat perkara yang lebih buruk daripada ujub” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Sy’abul Iman no 8260). Syaikh Ibnu Al Utsaimin mengatakan bahwa ujub itu dapat membatalkan amal. Beliau mengatakan, “kelompok yang kedua, yaitu orang-orang yang tidak memiliki tahqiq (kesungguhan) dalam pokok iman kepada takdir. Mereka melakukan ibadah sekadar yang mereka lakukan. Namun mereka kita sungguh-sungguh dalam ber-isti’anah kepada Allah dan tidak bersabar dalam menjalankan hukum-hukum Allah yang kauni maupun s...
*Pujian dan Celaan Manusia* Mālik bin Dīnar rahimahullah berkata, "Sejak saya mengetahui sifat manusia, saya tidak merasa gembira dengan pujian dan tidak merasa benci dengan celaan mereka." Lalu beliau ditanya, mengapa demikian? Beliau menjawab: "Karena pujian dan celaan manusia itu berlebihan." Min Mawāidz wa Aqwāl ash-Shālihin, hlm. 175. Silahkan di share. Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar